Perempuan Garut merasa kehormatannya dihina atas perbuatan sang bupati menikahi seorang gadis berusia 18 tahun hanya selama empat hari.
Ia menceraikannya melalui sebuah pesan singkat. Paguyuban perempuan Garut turun ke jalan untuk mengecam segala tindakan yang memarginalkan perempuan. Mereka mengecam Bupati Garut Aceng HM Fikri yang dinilai melecehkan perempuan.
wanita melakukan aksi simpati dan mengajak para pengguna jalan untuk menolak eksploitasi yang merugikan kaum hawa.
Aksi paguyuban perempuan Garut ini merupakan salah satu bentuk protes besar atas berbagai tindakan kekerasan dan eksplotasi yang terjadi di Kabupaten Garut. Seperti yang dilakukan Bupati Aceng terhadap Fani Oktora, gadis belia yang dinikahi hanya dalam waktu empat hari.
Kontroversi pernikahan ini berawal dari pengakuan Fani yang telah dinikahi Aceng yang sudah beristri. Selang empat hari setelah menikah, sang bupati mentalaknya hanya lewat sebuah pesan singkat.
Tidak terima perlakuan sang bupati, Fani yang berasal dari keluarga besar pesantren menuntut permintaan maaf. Saat itu, Fani dan keluarga besar Pondok Pesantren al-Fadilah mengizinkan pernikahan ini karena Aceng mengaku telah bercerai dengan istri pertamanya.
Namun, Bupati Garut menepis hubungan status pernikahannya dengan Fani. Ia mengaku persoalan ini telah diselesaikan lima bulan lalu. Aceng mengaku memang kerap diisukan memiliki istri lagi yang ditampiknya dengan keras.
Pernikahan tersebut diputuskan Aceng dengan alasan bahwa Fani sudah tidak perawan dan menderita sakit polio. Apa yang dilakukan bupati ini mengundang reaksi dari berbagai kalangan, baik warga maupun aktivis perempuan yang menyayangkan tindakan Aceng. Mereka menilai, meskipun menikah adalah hak asasi seseorang namun apa yang dilakukan Aceng adalah contoh yang kurang baik dan tidak mencerminkan seorang pemimpin.
Akhirnya Bupati Garut Aceng HM Fikri angkat bicara mengenai pernikahan dan perceraiannya dengan Fani Oktora (18). Ia tidak membantah telah menikah dan menceraikan Fani. Berikut penjelasan lengkapnya.
"Saya tidak mau menanggapi. Ini ranah pribadi. Apalagi ini sudah diselesaikan 5 bulan lalu," kata Aceng kepada wartawan di Pendopo Pemkab Garut, Rabu 28 November 2012 petang.
Aceng enggan menjelaskan secara detail proses pernikahan dan perceraiannya dengan Fani. Ia juga menjawab diplomatis saat ditanya seputar alasan menikahi dan menceraikan gadis berusia 18 tahun tersebut.
"Saya lebih baik diam.Yang penting, saya masih bisa berdinas seperti biasa, menghadiri berbagai kegiatan dan mengunjungi masyarakat," kata Aceng.
Mantan pasangan Dicky Chandra ini mengaku terganggu dengan pemberitaan mengenai dirinya dan menduga hal itu dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak menyukainya. Meski demikian, ia tidak akan menanggapi dan bertugas seperti biasa.
"Yang jelas, kalau ada perceraian, pasti ada pernikahan.Saya menceraikan secara lisan, pakai kata-kata halus. SMS hanya penegasan saja," katanya tanpa merinci kata-kata yang dimaksud.
Aceng menikahi Fani pada pertengahan Juli lalu. Dia dikenalkan oleh seorang ustaz sebuah pesantren di dekat rumahnya. Saat menikah, sang bupati mengaku duda dan mencari istri untuk menemaninya umroh.
0 comments:
Post a Comment