Pihak keluarga pun mengaku tak menyangka dengan meninggalnya Murry.
Bukan tanpa alasan, sebelum meninggal Murry memang sama sekali tak ada tanda-tanda sakit. Meski sebelumnya, Murry memang punya catatan medis sakit diabetes.
"Bapak meninggal tiba-tiba, kalau sakit dia memang ada diabet. Tapi undercontrol, jadi ada masalah, paling batuk, itu udah menahun rokoknya kuat, kopinya kuat," ucap anak Murry, Rico Valentino.
"Keluhan nggak ada, sebulan ini full tur sama saya. Kemarin di Pekalongan, bercanda-bercanda, lihat batik, jalan-jalan makan nasi goreng, nggak ada sakit, atau mengeluh apa-apa, makanya kaget sekali. Tapi bapak dimudahkan," sambugnya.
Rico menjelaskan awalnya, Murry memang sempat merasakan kedinginan sesaat sebelum menghembuskan napas terakhirnya. "Dia sempat minta matikan AC kedinginan, jam 4 (pagi) papa udah nggak ada," jelas Rico.
Pihak keluarga pun sempat membawa Murry ke Rumah Sakit setelah melihat kondisi Murry yang kedinginan. Sayangnya, nyawa Murry pun tak tertolong.
"Sempat diambil tindakan di Rumah Sakit, jantungnya di pompa dan sudah nggak ada. Aku minta bapak dikejut, tapi dokter bilang nggak boleh karena paru-parunya rusak," pungkasnya.
Sebelum akhirnya menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir, jenazah Murry Koes Plus lebih dulu disalatkan di Masjid dekat rumahnya. Isak tangis keluarga pun mengiringi kepergian Murry untuk selama-lamanya.
Pria kelahiran Jember, 19 Juni 1949, dikebumikan di Taman pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon.
Beberapa musisi juga hadir dalam proses pemakaman tersebut seperti Jelly Tobing, Gilang Ramadhan hingga Posan. Tak ketinggalan, salah satu personel Koes Plus lainnya Yon Koeswoyo juga nampak menangis saat melihat jenazah sahabatnya dimakamkan.
0 comments:
Post a Comment