Diakuinya, arisan ini diadakan sebagai ajang untuk berkumpul dengan teman lama yang sulit ditemui karena kesibukan."Kita perempuan yang memang sibuk dan nggak pernah ketemu kan, kita tuh ada yang pengusaha, ada yang istrinya menteri, ada juga yang ibu rumah tangga yang punya kesibukan sendiri-sendiri. Kita juga sudah berteman yang menahun, jadi kita ngejadiin arisan ini ajang untuk spent time, keep in touch, gitu. Awalnya juga arisan ini untuk lucu-lucuan aja, terus muncullah ide dari seorang bandarnya, 'udah namanya arisan Ina Thomas aja' kelar," ungkap desainer yang baru mengeluarkan koleksi terbarunya, di Hotel Kempinski, Jakarta.
Wanita kelahiran 1975 itu juga mengungkapkan bahwa ia melakukan seleksi terhadap anggota arisan yang diketuai olehnya itu. "Ya karena arisan ini juga bawa nama saya ya, saya harus selektif dalam memilih anggota, nggak bisa sembarangan. Karena kita nggak mau ada parasit-parasit yang ada di crowd kita, karena ada arisan yang konotasinya itu status sosial dan macam-macam, sedangkan kita bikin arisan ini kebetulan aja," ujarnya lagi.
Ditambahkan Ina, tidak seperti arisan sosialita lain dengan dresscode khusus atau tempat mewah, arisan Ina Thomas diadakan seperti arisan pada umumnya. Diadakan dari rumah ke rumah, dan tanpa dresscode.
"Saya juga sebenarnya nggak suka-suka amat arisan ya, saya orangnya juga malas dresscode atau dandan, cenderung tomboy. Dan di arisan kita juga nggak pakai dresscode ya. Diadain juga di rumah atau kafe milik teman palingan," jelasnya.
Arisan Ina Thomas yang kini beranggotakan 30 orang itu, memiliki setoran sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Ibu dua anak itu juga menyatakan arisan yang dibuat olehnya, bukanlah ajang eksistensi. Ia tak pernah menyewa fotografer untuk mengabadikan momen arisan.
"Kita biasanya arisan, makan, pulang, ngapain juga sewa fotografer ya mahal, kita sih pake BB aja ya," tambahnya sambil tertawa.
0 comments:
Post a Comment