"Adegan action lumayan menguras tenaga, kita baru ambil satu adegan," kata sutradara Guntur Soeharjanto.
Menurut Guntur, tim produksinya memiliki action director untuk tiap adegan pertarungan. Selain di jalan-jalan Hong Kong, adegan perkelahian dengan gangster juga dilakukan di gang-gang sempit yang menggambarkan suasana Hong Kong.
"Dia (Action Director) lebih spesifik ke action-nya. Satu scene bisa dua sampai tiga hari untuk action, yang garap action orang Beijing namanya Peter, dia bisa bahasa Indonesia, dan bawa teman-temannya dari Beijing untuk jadi fighter-fighter-nya," jelas Guntur yang memulai syuting di Hong Kong sejak 10 Mei lalu itu.
Sebelum syuting, Al sendiri sudah melatih fisiknya selama dua minggu di Jakarta. Ia melakukan berbagai disiplin ilmu bela diri seperti Muay Thai, boxing dan wushu.
"Al orangnya sangat spesifik. Dia sebenarnya cerdas, keluarga seniman, tapi Orangnya cool, dan ini pertama berakting, jadi musti pelan-pelan (mengarahkannya)," lanjut Guntur.
Bertanggung jawab dari sisi kreatif, Guntur pun mencoba menggali semua potensi Al, dan karakter lainnya agar lebih menyatu dengan cerita. Nuansa kota Hong Kong yang bising, sibuk dan unik pun menjadi daya tarik sendiri bagi latar cerita.
"Kehidupan orang sini yang buat spesial (secara visual). Reklamasi membabat gunung jadi gedung-gedung, yang eksotisnya akhirnya gedung-gedung itu," ujar sutradara yang sebelumnya sukses dengan '99 Cahaya di Langit Eropa' itu.
0 comments:
Post a Comment